Jika kami bersama nyalakan tanda bahaya Jika kami berpesta hening akan terpecah Aku, dia dan mereka memang gila memang beda Tak perlu berpura-pura memang begini adanya
Beage – Sendiri Lagi
Akhirnya ku sendiri lagi
Setelah lewati hariku dengannya
Akhirnya ku termenung lagi
Cinta berlalu begitu saja
Tak pernah ku dapat yang setia
Apa karena ku tidak sempurna
Selalu saja aku yang salah
Dan akhirnya aku yang menderita
Reff:
Lagi dan akhirnya ku sendiri lagi
Karena kekasihku yang pergi
Meninggalkan sejuta kerinduan
Yang masih terpendam
Perih yang membuat hatiku sakit lagi
Karena pergi dan tak kembali
Meninggalkan sejuta kerinduan
Yang masih terpendam
Sedih kisah cintaku ini
Rapuh hatiku saat ini
Sedih jalan cintaku ini
Dan akhirnya yang terjadi kini
Back to Reff:
Kerinduan yang masih terpendam
Lirik lagu Beage – Sendiri Lagi ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Beage – Sendiri Lagi.
Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.
Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.
”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.
”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.
Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.
”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Ray merasa bosan karena ia belum menerima misi dari Sword Barrack. Setelah berpikir panjang, ia memutuskan untuk pergi mencari angin segar. Mungkin jika ia pergi jalan – jalan, kepalanya menjadi lebih segar. Di tengah perjalanan antara penginapan dan kuil terlihat orang – orang sedang bersujud kepada api unggun yang sangat aneh. Api itu tidak berwarna merah atau jingga, melainkan berwarna ungu dan sekali – kali mengeluarkan api berwarna – warni. Di dekat api unggun terlihat seorang monk sedang membacakan do’a.
“ Upacara apa ini?” Kata Ray pelan. Ia melihat di sekeliling, lalu matanya tertuju pada seorang gadis yang memakai kimono putih. Wanita itu seperti tidak asing lagi bagi Ray. Tapi siapakah wanita itu? Ray mendekati wanita itu, ketika Ray berada tepat di samping gadis itu, gadis itu menoleh dan menatap Ray.
“ Ternyata kau datang juga, Ray. Cepatlah bersujud!” Ray merasa sangat kenal dengan suara gadis itu.
Ray menajamkan matanya dan menatap serius gadis itu dan mengingat – ingat lagi.
“ Ada apa, Ray? Tingkah lakumu hari ini aneh sekali?” Kata Gadis itu. Kini Ray merasa ingat dengan gadis itu.
“ A- Alice???” Kata Ray kaget.
“ Memangnya kenapa kalau aku Alice!? Kau ini aneh sekali, Ray.” Kata Alice dengan nada yang jengkel.
“ Kau terlihat berbeda sekali hari ini. Kau tampak sangat anggun.” Kata Ray polos.
“ Be- benarkah? Tadinya aku merasa sangat tidak percaya diri untuk menggunakan kimono ini. Aku merasa akan terlihat sangat gendut, jelek,…”
“ Tidak, kau terlihat sangat cantik malam ini. Sampai – sampai aku tidak mengenalimu tadi.” Kata Ray.
“ Wah, aku malu…” Wajah Alice merah padam.
“ Ehm… Ehm…” Ada suara batuk dari belakang. Ketika Ray dan Alice menoleh ke belakang, ternyata seorang monk sudah ada di belakang mereka dengan wajah sedikit cemberut. “ Summoner Alice aku mohon untuk sedikit tenang, kita semua sedang mengadakan upacara dengan hikmat.”
“ Maaf…” Kata Alice dan Ray bersamaan. Muka mereka sangat merah karena malu.
Upacara dilanjutkan kembali, kini api unggun itu semakin tinggi dengan warna yang semakin indah. Soul – soul berdatangan dan memasuki api unggun itu.
“ Upacara apa ini sebenarnya?” Tanya Ray dengan sedikit berbisik.
“ Upacara pemanggilan yang diadakan dua ratus tahun sekali…” Kata Alice dengan wajah tak bersemangat.
“ Upacara pemanggilan?” Tanya Ray.
“ Ya, upacara pemanggilan summon sphere spesial yang terdapat di Alexander ini.” Kata Alice dengan nada yang tak berubah.
“ Bukankah itu sangat hebat? Kita bisa melihat summon sphere yang melegenda itu.” Kata Ray.
“ Yang dipanggil bukanlah summon sphere spesial yang baru, tapi summon sphere yang ada dua ribu tahun lalu, yaitu Bahamut.”
“ Bukankah itu lebih hebat lagi, kita mendapat kesempatan untuk melihat summon sphere spesial yang telah lenyap dua ribu tahun lalu. Lalu kenapa wajahmu terlihat sedih begitu?” Tanya Ray penasaran melihat ekspresi Alice yang murung.
“ Memang ini adalah kesempatan yang langka untuk dapat menyaksikan Bahamut, tapi yang membuatku sedih adalah cara pemanggilannya.” Kata Alice.
“ Cara pemanggilannya?”
“ Untuk memanggil Bahamut yang sudah lenyap dari dunia ini, kita harus menggunakan mantra sacrifation yang memerlukan energi yang sangat besar. Karena itu hanya monk-lah yang dapat menggunakan mantra itu.” Jelas Alice.
“ Lalu kenapa?” Ray menatap Alice dengan serius. “ Oh… Aku tahu, kau cemburu karena tak memiliki kemampuan itu, padahal kau seorang summoner.” Tebak Ray.
“ Cemburu… Kurasa tidak. Karena mantra ini akan menyedot seluruh energi dari tubuh kita hingga habis…”
“ Jangan – jangan…” Kata Ray ragu.
“ Ya, itu adalah mantra yang harus ditukar dengan kematian. Monk itu akan mati…” Alice memberitahu.
“ Mati!!!???” Kata Ray setengah berteriak.
“ Sush!!!” Kata monk yang ada di belakang mereka.
“ Kenapa monk itu tidak menolaknya?” Tanya Ray.
“ Bagi monk kesempatan ini sangat langka dan suatu kehormatan bagi mereka. Mereka sangat rela mengorbankan nyawanya agar dapat memanggil Bahamut.”
“ Sial…”
“ Diamlah, upacara akan segera dimulai.” Alice memberitahu.
Monk yang ada di dekat api unggun mulai membacakan mantra, sebuah diagram sihir muncul di bawah kakinya. Api unggun semakin besar dan menari – nari di angkasa. Begitu si monk selesai membacakan mantra, dari mulutnya keluar sebuah cahaya. Ray sangat yakin bahwa cahaya itu adalah sebuah soul. Setelah soul keluar dari mulutnya, monk itu terjatuh ke tanah. Soul yang keluar dari mulut monk itu terbang ke angkasa dan menyatu dengan api unggun. Api semakin besar dan menjulang ke atas. Semakin lama api itu mulai membentuk sesuatu. Semua orang terpukau melihat pembentuk api itu. Api itu telah membentuk suatu makhluk dengan sayap yang besar.
“ Bahamut… Bahamut… Bahamut…” Orang mengelu – elukan nama makhluk itu.
Makhluk itu semakin lama terlihat semakin jelas. Dari arah hutan, ratusan soul berterbangan menuju api yang sudah menyerupai makhluk dan masuk ke dalamnya. Kini makhluk itu telah terbentuk dengan sempurna. Makhluk itu bertubuh besar dan menyerupai naga. Tubuhnya berwarna hitam kelam. Matanya berwarna merah menyala. Dari mulutnya yang bergigi tajam, keluar cairan kental berwarna bening. Ray yakin bahwa itu adalah air liur dari makhluk itu.
“ Itukah Bahamut yang legendaris itu?” Tanya Alice terkagum – kagum.
“ E- entahlah…” Jawab Ray.
Tiba – tiba dari dalam kepalanya muncul bayangan sesosok makhluk berbentuk naga. Makhluk itu berwarna cokelat dan bermata tajam tapi sangat jernih. Makhluk itu berbeda sekali dengan makhluk yang berada di hadapannya itu. Makhluk yang berada di dalam bayangan Ray terlihat lebih bersahabat.
“ Itu bukan aku yang sebenarnya…” Kata makhluk yang ada dalam bayangan Ray.
Kini kesadaran Ray telah kembali lagi. Mukanya terlihat sangat pucat. Keringat dingin mengalir dari wajahnya.
“ Dia bukan Bahamut…” Kata Ray dengan suara gemeteran.
“ Bu- bukan?? Apa maksudmu?” Tanya Alice bingung.
“ Cepatlah kalian lari! Makhluk itu bukan Bahamut tapi Dark Bahamut!” Ray mencoba memberitahu para penduduk.
Namun, reaksi para penduduk tak seperti yang diharapkan Ray. Para penduduk menganggap Ray sudah gila dan kembali memandang kagum makhluk yang ada di hadapannya itu.
“ Alice percayalah padaku.” Kata Ray.
“ Ta- tapi…” Alice kebingungan.
“ Kumohon kali ini saja percayalah padaku!” Ray memohon.
“ Baiklah, ray. Tapi apa yang akan kita lakukan jika makhluk itu benar – benar bukan Bahamut?” Tanya Alice.
“ Entahlah, aku merasa kita harus bersembunyi dari makhluk itu.” Ray segera beranjak dari tempatnya dan segera berlari menuju sebuah bangunan. “ Ayo Alice! Sebelum makhluk itu sempurna.”
Alice segera mengikuti Ray dan memasuki bangunan itu.
Makhluk itu mulai bergerak. Dalam sekejap saja makhluk itu membunuh belasan penduduk. Orang – orang yang lolos dari serangan makhluk itu mulai sadar bahwa yang diucapkan Ray adalah benar. Makhluk itu bukanlah Bahamut seperti yang diharapkan mereka. Para penduduk mulai menyebar dan berlarian ke segala arah. Namun, makhluk itu mulai memburu dan membunuh para penduduk satu persatu.
“ Makhluk apakah itu itu sebenarnya?” Tanya Alice ketakutan. Keringat dingin mengucur dari dahinya.
“ Entahlah…” Kata Ray terngah – engah.
“ Tapi, tadi kau bilang bahwa makhluk itu adalah Dark Bahamut?” Tanya Alice.
“ Sebenarnya akupun tidak mengetahui pastinya. Saat makhluk itu tercipta, tiba – tiba muncul sekelebat bayangan yang memberitahuku bahwa itu bukan Bahamut yang sebenarnya.” Jelas Ray. Kedua matanya terpaku melihat kelakuan brutal dari makhluk buas itu.
“ Zrek…” Suara benda yang menggelinding di lantai. Keduanya melihat benda yang baru saja keluar dari ransel Ray itu. Ternyata benda itu adalah memorial sphere yang ditemukan Ray sewaktu di desa Establishment.
“ Itu?” Tanya Alice.
“ Hanya memorial sphere yang kutemukan di perjalan menuju desa Bloom. Tadinya aku mau melihatnya di mesin pembaca memorial sphere tapi tidak sempat.” Ketika Ray memandang ke depan ternyata ia melihat suatu benda yang selama ini dicarinya. “ Bukankah ini mesin pembaca memorial sphere? Tak kusangka kita sedang berada di musium Alexandria City.” Ray mendekati mesin itu.
“ Sekarang bukan saatnya untuk melihat apa yang ada di dalamnya, Ray.” Alice memperingatkan.
“ Aku tahu, tapi entah mengapa aku merasa harus melihat isi sphere ini sekaranga juga.” Ray memasangkan sphere ke dalam lekukan yang ada di depan mesin. “ Bersiaplah…”
Ray menurunkan tuas yang ada di samping mesin dan menekan tombol mesin. Seberkas cahaya muncul di udara. Layaknya televisi, cahaya itu menggambarkan sesuatu dengan jelas.
Terlihat enam orang berkerumun di dekat tempat tidur. Seorang pria pucat dengan janggut dan kumis tergeletak lemah di atas tempat tidur, sedangkan yang lainnya terlihat sedang bersedih. Seorang wanita yang berada dekat dengan pria yang tergolek di tempat tidur itu menangis keras.
“ Grieve… Grieve… Kenapa kau begitu cepat meninggalkan kami semua? Padahal anak kita masih sangat kecil.” Kata wanita itu.
“ Tenanglah, Panya. Aku sangat mengerti kesedihanmu itu. Meninggalnya Grieve merupakan kehilangan terbesar bagi Kerajaan Persatuan Ressy* dan bagi kami khususnya.” Kata seorang pria berambut cokelat yang dikenal Ray dengan nama Jeremy. Mungkinkah ini menggambarkan keadaan dua ribu tahun yang lalu?
“ Tak kusangka kelima penjaga kuil* muncul tiba – tiba dengan keadaan yang mengerikan. Karena merekalah, Grieve harus mengorbankan nyawanya untuk menyegel mereka.” Kata seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.
“ Menurut hematku, penasehat Lilith. Para penjaga kuil muncul dengan aura jahat yang kental karena lenyapnya summon sphere spesial. Hilangnya penjaga dan penstabil aura jahat membentuk makhluk baru yang tercipta karena efek samping dari hilangnya summon sphere.” Kata seorang kakek bungkuk.
“ Lalu apa yang harus kita lakukan, tuan Phoenix?” Tanya seorang pemuda.
“ Panggil saja aku Gandalf, Jonathan. Mungkin sebagai keturunan keluarga Marine dan kalian semua mengetahui bahwa ada semacam mantra sihir pengorbanan di Kitab Hari Akhir Sheren** yang asli.” Kata Gandalf.
“ Tentu saja kami semua mengetahuinya, bahkan aku yang dari keluarga Eve saja mengetahuinya.” Kata seorang pemuda yang lain.
“ Bagus, karena itu aku ingin menciptakan summon sphere dan penjaga kuil yang baru untuk mengisi kekosongan yang ada. Dengan begitu aku yakin kedamaian dunia akan tercipta kembali.” Jelas Gandalf.
“ Aku rasa semua itu masuk akal. Lalu siapakah yang akan menjadi espirit*** untuk menjadi penjaga kuil?” Tanya penasehat Lilith.
“ Aku bersedia melakukannya.” Kata Jeremy tegas. Pandangan matanya penuh dengan keyakinan.
“ Kurasa tidak, Jeremy. Kau masih terlalu muda untuk mengorbankan jiwamu. Biar aku saja.” Kata penasehat Lilith.
“ Tapi kedudukanmu terlalu penting bagi kerajaan ini, Lilith. Biar aku saja.” Kata Gandalf.
“ Biar aku saja. Aku bersedia melakukan apa saja demi mengabdikan diri untuk kerajaan ini.” Kata Jonathan.
“ Tidak, biarkan aku saja yang melakukannya.” Kata Keanu Eve.
“ Bagaimana kalau kita semua melakukan ritual itu? Bukankah kita memerlukan lima penjaga kuil?” Kata Panya memberikan saran.
“ Benar juga, karena itu aku bisa menjadi salah satunya.” Kata Jeremy girang.
“ Tidak, Jeremy. Kau tidak boleh mengorbankan dirimu.” Kata Panya lembut.
“ Bukankah kau bilang yang akan melakukan itu semua adalah kita yang ada di sini?” Jeremy terlihat kebingungan. Ia memandang pandangan mata Panya yang penuh arti. “ Jangan – jangan…”
“ Ya aku yang akan menjadi salah satunya.” Jawab Panya.
Yang lainnya mengerti keputusan Panya itu dan tidak berani membantahnya. Sedangkan Jeremy tidak bisa menerima itu semua.
“ Bukankah kau memiliki Jack Heartz Jr untuk kau lindungi? Selain itu kau merupakan Ratu di kerajaan ini. Jadi kau tidak bisa…” Kata Jeremy beradu argumen.
“ Bisa, Jeremy. Seperti yang kau bilang, aku adalah Ratu di kerajaan ini, jadi aku berhak untuk memutuskan siapa yang akan menjadi penjaga kuil. Dan aku memutuskan untuk memilih diriku untuk menjadi salah satu dari mereka. Selain itu aku punya alasan lain…” Panya memandang Grieve dengan mata yang berbinar.
Jeremy yang mengerti alasan Panya langsung tertunduk lesu.
Tiba – tiba gambar yang dipancarkan sphere menjadi buram dan ketika menjadi jelas kembali, latar belakang pemandangan telah berubah. Kini pemandangan telah berganti menjadi keadaan di kuil. Suasana di sana sangat sunyi, hanya terlihat seorang pemuda yang Ray kenal dengan nama Jeremy sedang duduk termenung.
“ Hai, namaku Jeremy Vain. Akhirnya kelima summon sphere spesial telah selesai dibuat. Do’a kan saja semoga berhasil…” Kata Jeremy dengan pandangan menatap langsung ke arah Ray dan Alice.
Gambar kembali lenyap. Saat gambar mulai jernih kembali, pemandangan telah berubah di suatu padang rumput. Terlihat makhluk seperti naga besar hitam dengan mata berwarna merah darah. Ray yakin sekali bahwa makhluk itu sama dengan makhluk yang ada di luar sana.
Terlihat Jeremy sedang memegang pedang yang kini menjadi miliknya, Grieve Heartz. Jeremy mengambil satu dari lima sphere yang tergantung di lehernya untuk dipasangkan di pedangnya. Dengan sekali tebas, makhluk menyeramkan itu langsung lenyap.
Gambar kembali lenyap. Saat gambar mulai kembali jernih, pemandangan telah berubah menjadi keadaan di kuil. Ya, kuil yang sama disaat Ray menerima pedang dari Jeremy.
“ Akhirnya tiba juga dimana aku harus menjadi bagian dari espirit. Walaupun aku tidak menjadi penjaga kuil, aku sangat bahagia sekali karena aku harus menyegel pedang ini dengan nyawaku. Semoga saja aku sudah cukup berarti untuk Grieve.” Jeremy membacakan mantra. Seluruh tubuhnya terkena cahaya aneh.
Pasir – pasir yang berada di sekitar mulai menyelimuti tubuh Jeremy sedikit demi sedikit. Jeremy terlihat sedang menahan rasa sakit yang amat sangat.
“ Sebelum aku pergi, aku ingin memberitahu pada siapa pun anda. Aku merasakan hawa yang sangat jahat dari dimensi lain. Menurut desas – desus ini karena Raja Satan mulai menerobos Sheren. Semoga saja perkiraanku salah.” Kata Jeremy.
Gambar lenyap kembali, namun kali ini tidak ada lagi gambar yang muncul dan mesin pembaca memorial sphere berhenti bekerja. Ray merasa paham sekali dengan yang baru saja diceritakan sphere ini. Meskipun saat ini Ray belum bisa mengalahkan makhluk itu, namun Ray bertekad untuk menjadi lebih kuat. Dengan cara mengumpulkan keseluruhan summon sphere spesial.
“ Alice, bersiap – siaplah.” Kata Ray.
“ Bersiap untuk apa?” Tanya Alice bingung.
“ Kita akan mengumpulkan keseluruhan summon sphere spesial.” Jelas Ray.
“ Tapi, bagaimana dengan makhluk itu? Kita tidak bisa meninggalkan makhluk itu begitu saja. Bisa – bisa seluruh warga Alexandria mati dibunuh olehnya.” Kata Alice.
“ Lalu? Bisa apa kita sekarang? Kau pikir kita yang sekarang bisa mengalahkannya? Kau baru saja melihatnya kan? Makhluk itu tidak sendirian, tapi masih ada empat lagi makhluk yang sama atau bahkan lebih mengerikan dari Dark Bahamut!” Bentak Ray. Baru kali ini Alice melihat Ray seperti itu.
“ R- Ray…” Kata Alice ragu.
“ Maafkan aku Alice, aku bingung sekali. Aku kesal sekali dengan diriku yang lemah ini. Aku kira aku telah menjadi lebih kuat. Tapi ketika melihat Dark Bahamut, jangankan melawannya, melihatnya pun aku sudah merinding. Oleh karena itu aku ingin menjadi lebih kuat.” Jelas Ray.
Alice tersenyum. Tangannya menggenggam jemari Ray. Terasa oleh Alice jemari Ray yang dingin.
“ Aku mengerti, Ray. Mari kita cari kelima summon sphere spesial bersama – sama.” Kata Alice. Sinar bulan menembus jendela dan menyinari rambut Alice yang panjang.
“ Ya.” Kata Ray tersenyum.
Keduanya mulai berdiri. Ray mengambil memorial sphere dari mesin dan memasukan sphere itu ke dalam sakunya. Lalu keduanya pergi menuju pintu belakang.
Saat keluar dari gedung, Ray melihat Dark Bahamut sedang bertarung dengan para swordman, archer*, bowman** dan blackmage, sedangkan priest dan monk berada di belakangnya untuk melindungi prajurit yang berada di depan.
“ Maafkan aku, tapi kumohon bertahanlah hingga aku berhasil mengumpulkan semua sphere.” Kata Ray memohon dalam hati.
Keduanya pergi menuju pintu gerbang selatan dan hilang dalam gelapnya hutan.
* Kerajaan Persatuan Ressy ialah nama Kerajaan sesaat setelah penyatuan seluruh dunia (Sheren). Namun nama itu dirubah menjadi Dunia Manusia oleh Raja generasi ke-2, yaitu Jack Heartz Jr. Perubahan itu dilakukan karena sifat keras sang Raja yang menganggap bahwa mengenang masa lalu hanya membuat mereka lemah.
*Penjaga kuil adalah sebutan bagi makhluk yang muncul akibat pemanggilan summon sphere. Dahulu (tepatnya 2900-an tahun lalu) banyak sekali penjaga kuil, namun karena terjadinya perang dimana keempat kerajaan besar pada saat itu, yaitu Seiryu, Sahara, Alexander dan Heaven menggunakan penjaga kuil sebagai senjata. Karena itulah banyak summon sphere yang lenyap. 900 tahun kemudian, karena terjadinya peristiwa penyatuan dunia oleh Grieve Heartz, munculah kelima penjaga kuil legendaris secara serentak, yaitu Bahamut, Basilisk, Qoazholqoathel, Angel dan Alexander untuk menyelamatkan dunia dari ancaman Dewa Sangra. Semenjak itu seluruh penjaga kuil lenyap dari dunia ini sampai beberapa tahun kemudian muncul lima summon sphere spesial yang baru dan 1000 tahun kemudian tercipta satu lagi summon sphere spesial yang baru.
** Kitab peninggalan seorang Dewi bernama Alexander Heartz saat akan kembali ke Hereafter setelah masa hukumannya habis. Kitab itu meramalkan tentang kehancuran yang akan terjadi di Sheren. Namun Grieve dan kawan – kawan berhasil merubah ramalan itu.
*** Espirit ialah sebutan bagi roh yang mengorbankan jiwanya untuk menjadi seorang penjaga kuil. Belum lama Ray pernah bertemu dengan espirit Qoazholqoathel dan Jeremy.
* Archer adalah profesi pertama yang menggunakan panah sebagai senjatanya. Seperti halnya ninja, archer sangat cocok dalam pertarungan di hutan karena archer memiliki kemampuan untuk memakai kekuatan alam. Untuk menjadi seorang archer, seseorang dapat mengikuti ujian di Archer Guild yang terletak di desa Zazagas. Profesi berikutnya adalah hunter.
** Bowman adalah profesi pertama yang menggunakan bowgun sebagai senjatanya. Profesi ini sangat mirip sekali dengan profesi archer, perbedaan yang paling mendasar adalah archer lebih banyak bertugas di hutan sedangkan bowman lebih sering bertugas di sekitar kastil. Untuk menjadi seorang bowman seseorang harus mengikuti ujian di Bowman Guild yang terletak di Alexandria. Profesi selanjutnya adalah catapult.